Saya merasa beruntung, bisa mendaki dengan mereka. Selama perjalanan, kita tidak pernah saling menyalahkan, marah-marah dengan keadaan yang tidak mengenakan. Kami dari awal sampai akhir tetap kompak. Ketika turun gunung, kesabaran dan kekompakkan kami diuji kembali. Teman saya umank. Tangannya keseleo karena terpeleset. Waktu itu jalanan begitu licin. Saya saja tangannya tidak keseleo,malah merosot kayak main prosotan karena takut terpeleset. Jadi kami harus gantian memegang tangannya. Umank berjalannya begitu lambat, padahal pendaki yang lain begitu mudah untuk turun. Jadi, butuh kesabaran lebih. Air matanya kadang-kadang keluar karena tidak kuat menahan sakit. Selain itu, bobot badan umank lebih berisi dari saya. Akhirnya kita, bisa melewati semua itu.
Hujan, jatuh, terpeleset, keseleo, capek dan segala rasa yang tidak mengenakan. Akhirnya kami bisa melewati. Seperti itu pula lah hidup untuk mencapai puncak kesuksesan. Begitu banyak rintangan dan halangan yang bisa membuat kita lemah dan bahkan mundur untuk tidak melanjutkan sampai puncak. Tak masalah, ketika kita harus berhenti sejenak, dan kemudian melanjutkan lagi. Jangan sampai, lelah dan capek mengubur semangat untuk sampai ke puncak. Ketika semua itu bisa dilewati, perjuangan yang melelahkan akan terasa lebih indah. Ketika sampai di puncak, kita jangan melupakan begitu saja perjuangan hingga mencapai puncak. Bagi pendaki puncak adalah tujuan utama, kalau belum sampai di puncak, itu ibarat sayur tanpa garam. Hambar. Mungkin itu juga yang dirasakan sebagai mahasiswa, kalau belum diwisuda, itu rasanya hambar. Wisuda adalah puncak kebahagian seorang mahasiswa. Perjuangan selama 4 tahun bahkan lebih, terasa lebih manis. Berhubung saya belum diwisuda. Sekarang masih dalam perjalanan menuju puncak. Saya mencoba belajar dari pengalaman saya mendaki gunung. Saya harus bisa melewati rintangan. Ketika saya jatuh, saya merasa capek, kaki saya ngilu, dan kaki saya digigit pacet dll. Toh, Akhirnya saya sampai juga di puncak. Ketika, kaki saya sakit ada rasa sedikit pesimis untuk tidak bisa sampai ke puncak, berkat semangat dan dorongan teman-teman, semua bisa dilewati. Sampai-sampai saya ngesot. Memang butuh sedikit kesabaran untuk bisa sampai ke puncak serta berusaha menikmati setiap perjalanan, baik menyenangkan atau membosankan. |
Puncak merpati serasa memanggil dari kejauhan. Setelah mengisi perut seadanya untuk menambah energi, biar tetap semangat. Kami melanjutkan perjalanan. Umank dengan Bang Imunk, tidak bisa ikut. Mereka tetap istirahat dekat tugu abel. Bg imunk sebelum capai puncak, pernah muntah-muntah,sepertinya emang butuh istirahat. Sedangkan umank kedinginan. Mereka, bertugas menjaga perbekalan kita.
Asap mengepul dari kawah. Bau belerang menyengat dengan tajam, maka kami harus tutup mulut biar tidak keracunan. Sebelum sampai di puncak Merpati, kami singgah dulu di taman bunga edelweis. Rasanya, saya bermimpi bisa meyentuh dan bermain di taman edelweis. Tapi ini nyata. Biasanya, saya cuma dikasih bunga kalau ada teman yang mendaki. Sekarang, saya bisa menyentuhnya dengan langsung bunga abadi itu.
|